Auryn baru punya adik bayi.
“Dia lucu kan ?” Mama berkata padanya. “Kata orang mirip denganmu. Lihat hidungnya sama mancung. Dan kalau tertawa ia juga punya lesung pipi sepertimu!”
Auryn hanya manyun-manyun karena iri. Sejak adik bayi itu lahir, Mama lebih sering bersama adik bayi. Ia lebih sering dimarahi. Apa-apa tidak boleh. Auryn jadi tak suka. Ia sebel sama adik bayi.
**
Auryn mengeluh pada Nona Mitten yang selalu rajin menjilati bulu-bulu kuningnya. Saat itu, ia sedang berbaring di sofa sambil membersihkan bulunya.
“Adik? Hmmm…aku dulu punya banyak. Ibuku selalu punya adik bayi setiap beberapa bulan. Dan selalu banyak.”
“Apakah ibumu masih tetap sayang padamu?” Tanya Auryn.
Nona Mitten batuk tersedak bulu-bulunya. “Tidak! Dia mengusirku setiap kali aku mendekat. Katanya aku sudah cukup besar buat bisa mencari makan sendiri. Sejak itu aku tak pernah melihatnya lagi.”
Pitik yang sedang mematuki tanah di halaman juga mengatakan hal yang sama. Ibunya tak mau lagi dekat dengannya setelah ia bertelur lagi. “Mungkin sebentar lagi, kau juga akan diusir oleh Mamamu!”
Auryn takut Mama akan mengusirnya. Kemana ia harus pergi?
**
Auryn ngambek! Mama marah karena Auryn tidak mau jagain adik. Padahal ini kan waktunya Auryn nonton tivi. Kok, Mama tega sih nyuruh Auryn bujuk adik bayi biar berhenti menangis. Kan itu tugas mama!
Auryn marah karena Mama tak mau menyuapinya. Katanya ia sudah besar dan harus bisa pegang sendok sendiri. Sekarang ia juga harus pakai baju sendiri, karena mama lebih suka memakaikan popok buat adik. Huh! Huh! Sebal!
Sekarang Mama meninggalkan Auryn di rumah dengan bibi Iyem. Papa menjemput Mama lalu pergi membawa adik bayi bersama mereka. Katanya mau imunisasi. Apa itu? Orang tuanya tak sayang lagi. Auryn menangis sedih.
Baiklah! Auryn memutuskan untuk pergi dari rumah. Ia mulai mengepak pakaian-pakaiannya ke dalam tas barbie. Sekotak biscuit, sebotol susu dan sepotong coklat ia jejalkan juga ke dalamnya. Semuanya sudah siap, pikirnya. Huaah!! Tapi sebaiknya tidur dulu sebelum pergi, putus Auryn.
Saat Auryn terlelap, sesosok bayangan mengendap dari balik jendela. Makhluk kecil itu mendekati ranjang Auryn. Didekapnya Auryn. Digendong dan dibawanya pergi.
**
Auryn membuka matanya yang berat. Oh! Dimana ini ya? Ruangannya berbau tanah dan berwarna coklat. Bentuk kamarnya lonjong dan panjang.
Srett!
Sebuah tirai membuka. Sesosok makhluk berantena di kepalanya masuk menghampiri Auryn.
“Halo!” katanya.
Auryn terperangah.
“Namaku Zozo!” katanya. “Aku diminta oleh ratu semut untuk membangunkanmu!”
Ratu semut? Auryn tak kenal dengannya.
“Mulai hari ini dia mamamu. Dan kami adalah saudara-saudaramu. Yang lebih besar, kau panggil kakak dan yang lebih kecil kau panggil adik. Sekarang kau punya seratus adik yang harus diurus!”
Hah! Seratus adik? Auryn ternganga... Pasti dia salah dengar, pikirnya.
**
Zozo membawanya ke sebuah ruangan penuh bayi-bayi semut. Auryn harus membantu ratu semut memasak makanan buat seribu anaknya dan membuatkan susu untuk seratus adiknya. Aduuh! Auryn tak kuat melakukannya. Tangannya pegal. Telinganya berdenging mendengar teriakan mereka meminta dilayani. Belum lagi membereskan tempat tidur mereka. Auryn cape sekali .
“Ya Allah, Engkau Maha Penolong! Tolong Auryn donk! Auryn ingin ketemu Mama lagi!” Auryn berdoa dalam hati. Wajah Mamanya membayang-bayang. Air matanya mulai mengalir. “Mama, Auryn kangen! Auryn janji bakal mau jagain adik! Mau makan sendiri. Mau pakai baju sendiri. Mau mandi sendiri. Pokoknya Auryn mau apa-apa sendiri. Asal Mama jemput Auryn. Auryn ga betah di sini!” Auryn menangis tersedu-sedu. Tangannya menutupi wajah. Tubuhnya terguncang-guncang oleh isakannya. Bajunya basah oleh air mata bercampur keringat.
Tiba-tiba ada sebuah kecupan di kening Auryn. Rasanya hangat dan menenangkan. Auryn membuka matanya. Wajah Mama yang khawatir menatapnya.
“Kenapa sayang? Auryn sakit?” tanyanya.
Auryn buru-buru mendekapnya. Ia takut Mamanya pergi lagi. Tangisnya semakin bertambah.
Mama memeluknya erat-erat. “Cup! Cup! Jangan menangis, sayang! Mama jadi khawatir. Ada apa, sayang?”
“Mama, Auryn ga mau jadi anak ratu Semut. Auryn ingin jadi anak Mama saja. Auryn janji mau jagain adik, mau makan sendiri, mau bantuin Mama. Pokoknya Auryn ga nakal, asal Auryn boleh jadi anak Mama terus!” Auryn menghiba-hiba.
Mama jadi bingung. “Sayang! Mana mungkin Auryn jadi anak ratu semut. Auryn kan anak Mama. Sampai kapan pun tetap anak Mama!” katanya mengelus rambut Auryn.
“Mama tidak akan mengusir Auryn seperti Ibu nona Mitten dan Pitik?” Tanya Auryn.
Mama tak tahu siapa nona Mitten dan Pitik tapi ia mengangguk sambil tertawa. Auryn memeluknya.
“Mama!” panggil Auryn. “Aku sayang sama Mama!”
Mama menciumnya. Auryn senang sekali bisa kembali pada Mama.
**
Rahma MJ
*Note: berhubung dongeng ini hasil tulisanku sendiri, mohon jika ingin repost atau share, untuk menuliskan sumber aslinya ya. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment