“Orang ini telah bekerja keras seharian!” Pria itu menjelaskan. “Sebelum tidur ia berniat untuk bangun malam dan melaksanakan shalat Tahajud. Tapi karena ia begitu lelah, Allah mengizinkan ia untuk tetap tidur.”
“Oh, sayang sekali! Pasti keinginannya tidak akan terwujud!” Imam menggeleng-geleng kasihan.
“Begitukah menurutmu?” Pria itu tersenyum penuh misteri, membuat Imam bertanya-tanya dalam hati. “Pernahkah kau mendengar bahwa Allah juga dikenal dengan nama Al ‘Aliim? Artinya Yang Maha Mengetahui. Meskipun, ia hanya memendamnya dalam hati, Allah mengetahuinya.”
Pria itu mengucapkan Aamiin sebelum menjawab pertanyaan Imam. “Ia bekerja keras sepanjang hari supaya bisa menabung sedikit uang. Ia ingin sekali membantu keponakannya yang telah yatim supaya bisa terus sekolah. Selain itu ia juga memiliki seorang ibu yang sudah tua. Karena ia bekerja sepanjang hari, ia berharap bisa menggaji seorang pembantu untuk mengurus ibunya.”
“Bagaimana Allah menjawab doanya?” tanya Imam.
“Dalam waktu dekat, ia akan memperoleh pekerjaan baru dengan gaji yang cukup besar. Selain itu Allah akan mempertemukan ia dengan seorang gadis yang akan menjadi isterinya. Gadis itu sangat setia dan sangat menyayangi ibu mertuanya.”
“Oh! Aku senang mendengarnya!” Imam bernafas lega.
Pria itu menggenggam tangan Imam. “Ada satu tempat lagi yang harus kita kunjungi malam ini!” ujarnya.
Mereka melayang ke sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Di dalamnya seorang lelaki setengah baya sedang merenung di meja kerjanya. Ia tampak pusing sekali.
“Siapa dia? Dan Kenapa wajahnya cemberut begitu?” tanya Imam.
“Dia seorang bos yang kikir. Perusahaannya terancam bangkrut. Hanya satu orang yang bisa menyelamatkannya. Tapi ia harus mengeluarkan gaji yang tinggi dan ia keberatan. Saat ini dia sedang bingung harus memilih yang mana?” jawabnya.
Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga lelaki setengah baya. Lelaki setengah baya itu menghela nafas. Wajahnya tidak terlalu gembira tapi sepertinya ia sudah membuat keputusan.
Imam menatap penasaran.
“Aku akan menunjukkan apa yang kubisikkan padanya tadi.”
Pria itu mengajak Imam terbang meninggalkan rumah. Di atas awan, mereka berhenti. Dikeluarkannya sebuah cermin kecil. Menakjubkan! Cermin itu ternyata berfungsi seperti video.
“Ini adalah rekaman kehidupan yang akan terjadi esok hari!” katanya.
Tampak pria setengah baya yang baru mereka tinggalkan sedang memasuki kantor kerjanya. Tak lama kemudian, pemuda yang tadi sedang tertidur, mengetuk pintu kerja pria setengah baya dan melangkah masuk.
“Aku sudah mempelajari berkasmu!” kata Pria setengah baya. “Mulai minggu depan kau akan bekerja di sini dengan gaji yang kau inginkan.”
Pemuda itu mengucapkan syukur dan menjabat tangan Pria setengah baya sebelum pergi meninggalkannya. Saat akan keluar gerbang, ia bertabrakan dengan seorang gadis. Pemuda itu meminta maaf. Tak lama mereka pun berkenalan. Dalam perjalanan pulang, ia mampir ke gubuk si penjual koran yang ternyata keponakannya.
“Mulai bulan depan, aku akan membiayai sekolahmu. Jadi kau tidak perlu bekerja terlalu keras! Belajar saja yang giat!” Ia memeluk keponakannya.
Berdua, mereka mengucap syukur. Dari dalam saku bajunya, si penjual Koran mengeluarkan sebungkus obat.
“Ini obat nenek!” katanya. “Hari ini koranku laku semua. Uangnya cukup untuk menebus obat nenek!”
Mereka berdua kembali berpelukan.
Imam ikut merasakan kebahagiaan mereka. Tiba-tiba cermin itu bersinar menyilaukan. Membutakan. Imam menutup matanya dengan kedua tangan. Lalu ia tak sadarkan diri.
**
“Sayang! Ayo bangun, nak! Katanya mau ikut sholat Tahajud!” Suara lembut ibu membuat Imam terjaga.
“Lho! Kok aku ada di kamar ya?” Imam menggumam heran.
Ibu tertawa geli. “Memang maunya dimana, sayang?”
Imam menggaruk-garuk kepalanya. Kalau cerita pun, ibu pasti tak akan percaya. Imam memilih menyimpan saja kisah ajaibnya dalam hati. Dengan penuh semangat, Imam melesat ke kamar mandi untuk berwudhu. “Mulai malam ini, aku akan rajin shalat Tahajud!” janjinya dalam hati.
**
~Rachma MJ~
No comments:
Post a Comment